Saya teringat ketika suatu hari saya sedang menonton TV di kamar Ibu saya. Saya sibuk menekan nekan tombol pada remote TV untuk mencari acara yang pas. Lalu Ibu saya masuk ke kamar, menyuruh saya berganti posisi. Beliau menduduki tempat saya sambil membawa sebuah buku besar dan kalkulator.
"Pindahin TV One aja, Ti." kata Ibu saya sambil mulai mengutak atik kalkulatornya. Karena saya anak yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung dan... Eh, okey, back to the main topic. Saya pun menggati channelnya. Acara di TV One sedang membicarakan tentang hal yang tidak asing lagi untuk di dengar, hal yang membuat semua mata menjadi hijau -ekonomi, uang, harta, kekayaan. Acara itu membahas tentang uang asing, naik turun saham, semuanya serba uang. Uang dimana mana....
Lalu, secara iseng dan terlihat bodoh, saya bertanya pada Ibu saya. "Mah, uang bikinnya dimana?" tanya saya sambil menatap layar TV dengan heran. "Yang mencetak uangnya PERURI, yang ngeluarinnya Bank Indonesia." kata Ibu saya sambil sesekali menatap layar TV.
"Mah, kenapa kalo uang dollar enggak boleh ketekuk tekuk kalo uang rupiah boleh?"
"Sebenernya sih diluar juga mereka sama sama nekuk uangnya. Cuman mereka ngehargain bentuknya, enggak sampai kucel kayak orang kita memperlakukan Rupiah. Tapi kalo di Indonesia, dollar bener bener di jaga."
"Kenapa harus dibeda bedain gitu sih, Mah?"
"Soalnya, kalo uang asing ketekuk dikit harganya jatuh. Jadi pada ngejaga banget. Beda sama uang Rupiah. Gimanapun bentuknya ya harganya tetep segitu. Tapi di luar mereka ngejaga uangnya. Disimpan ditempat yang layak, jadi uang keliatan ada harganya."
"Sebenernya sih diluar juga mereka sama sama nekuk uangnya. Cuman mereka ngehargain bentuknya, enggak sampai kucel kayak orang kita memperlakukan Rupiah. Tapi kalo di Indonesia, dollar bener bener di jaga."
"Kenapa harus dibeda bedain gitu sih, Mah?"
"Soalnya, kalo uang asing ketekuk dikit harganya jatuh. Jadi pada ngejaga banget. Beda sama uang Rupiah. Gimanapun bentuknya ya harganya tetep segitu. Tapi di luar mereka ngejaga uangnya. Disimpan ditempat yang layak, jadi uang keliatan ada harganya."
"Lah emang disini enggak?"
"Disini enggak semua orang memperlakukan uang dengan baik. Banyak orang yang seenaknya nyimpen uang sampai bentuknya jadi enggak karuan."
"Iya juga sih, seakan akan uang tuh apaan gitu yah, Mah."
"Iya, kayak uang tuh cuman mainan. Padahal buat bikin uang aja kan susah, ada undang undang blablabla. Mangkanya Bank Indonesia juga enggak seenaknya ngeluarin uang."
"Berarti kalo Bank Indonesia uangnya lebih banyak dong Mah daripada Bank lain?"
"Ya.. Bisa dibilang gitu."
"Yaudah kalo udah gede kerjanya disana aja, biar uangnya banyak."
"Iya, kamu jadi Gubernur BI aja. Uangnya banyak. Nanti kita keliling Eropa, ya! Belanja belanja. Yang jelas kita harus ke Paris!" seru Ibu saya dengan semangat.
"Eum... Amin, Mah. Doa dan restu aja dulu dibanyakin."
Lalu saya berfikir, jika saya menjadi Gubernur Bank Indonesia, mungkin saya bisa mempunyai uang banyak dalam sekejap -kan Bank Indonesia yang ngeluarin uangnya, jadi saya bisa ngambil uang itu seenaknya. Saya bisa keliling Eropa tiap bulan, ketemu bule bule ganteng disana. Tapi, itu hanya pemikiran saya waktu itu. Waktu itu lho, sebelum saya berfikir lagi.
Ini miris, tapi harus kita akui, bangsa kita 'kurang' menghargai makna uang.
Jika saya bisa menjadi Gubernur Bank Indonesia suatu saat nanti, saya ingin membuat bangsa ini menghargai arti uang itu sendiri. Banyak orang yang memalsukan uang, melipat lipat uang dan memperlakukan uang seperti barang yang tidak berarti. Apalagi kalau saya membeli makanan dibawah RP. 5000, pasti uang kembaliannya sudah kucel, kumel dan robek. Terkadang sudah berbau tidak sedap -Well, uang baru itu enak lho baunya! Udah gitu bentuknya rapih lagi, lurus lurus!
Seperti apa yang Ibu saya bilang, memang di luar Negeri pun uang di lipat, tetapi di simpan di tempat yang layak, berbeda dengan oraag kita. Miris rasanya melihat orang orang sangat menjaga bentuk setiap dollar yang mereka punya tetapi melipat, meremas dan menaruh sembarangan uang Rupiahnya.
Rupiah di buat seperti ini :
Sedang dollar di jaga seperti ini :
Terkadang saya suka merasa iri bagaimana orang luar Negeri memperlakukan uang. Mereka memperlakukan uang dengan 'baik' -walaupun mereka melipat uang, tetapi dilipat dengan rapih. Mereka menghargai uang. Menyimpan uang dengan baik. Kenapa ya banyak orang yang menyimpan sembarangan uang padahal ada dompet? Dompet kan tempat kita untuk menaruh uang. Di dalam dompet, uang berada di tempat yang layak, terjaga dan sedikit resiko untuk menjadi kucel dan kumel. Kalau kita asal taruh seperti di saku, besar kemungkinan uangnya akan menjadi seperti gambar diatas tadi.
Jadi, nanti kalau saya menjadi Gubernur Bank Indonesia, saya ingin mengajarkan kepada bangsa Indonesia bagaimana cara memperlakukan uang yang baik. Cara merawat uang, melipat uang, cara menghargai uang. Karena untuk mencari uang itu sulit dan kita harus menghargai setiap rupiah yang ada di tangan kita. Jangan hanya menjaga dollar, jaga juga Rupiah kita! :-D
Saya baru sadar, betapa sulitnya mencari uang ketika sekolah saya, SMP Negeri 1 Cirebon membuat acara pensi bernama Spensa Ceatrix Artes Festum atau yang biasa kami sebut SPECTRUM.
Jadi, nanti kalau saya menjadi Gubernur Bank Indonesia, saya ingin mengajarkan kepada bangsa Indonesia bagaimana cara memperlakukan uang yang baik. Cara merawat uang, melipat uang, cara menghargai uang. Karena untuk mencari uang itu sulit dan kita harus menghargai setiap rupiah yang ada di tangan kita. Jangan hanya menjaga dollar, jaga juga Rupiah kita! :-D
Saya baru sadar, betapa sulitnya mencari uang ketika sekolah saya, SMP Negeri 1 Cirebon membuat acara pensi bernama Spensa Ceatrix Artes Festum atau yang biasa kami sebut SPECTRUM.
Saya dan 53 anggota OSIS & MPK lain mencari sponsor kesana kemari. Sebagai Ketua OSIS, saya diharuskan menjadi pemimpin dan menjadi contoh, jadi saya berusaha untuk pergi ke berbagai tempat untuk mendapat sponsor. Dan jujur saja, untuk mendapat sponsor/donatur Rp. 100.000 saja sangat susah. Saya baru sadar kenapa kedua Orang Tua saya benar benar pelit masalah uang. Memang susah untuk mendapatkan uang. Jadi kita harus menggunakannya sesuai kebutuhan dan menghargainya. Betul bukan?
Jika saya menjadi Gubernur Bank Indonesia, saya ingin merubah pola fikir bangsa Indonesia yang terkadang menganggap uang itu adalah hal yang sangat sulit untuk didapatkan sampai sampai mereka harus melakukan tindakan kriminal untuk mendapatkannya. Sebenarnya, jika mau berusaha di jalan yang baik, Tuhan akan memberikan jalan untuk mendapat rezeki. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena saya percaya, setiap manusia berhak mendapat rezeki yang layak.
Bagaimana cara saya untuk mewujudkan 2 hal tersebut?
Pertama, sosialisasi rutin. Kenapa sosialisasi rutin? Karena dengan sosialisasi rutin, masyarakat yang awalnya tidak tau akan menjadi tau. Harus juga dilaksanakan konsultasi lanjutan untuk masyarakat awam supaya mereka yang tidak tau bisa bertukar fikiran dengan kita. Dengan begitu sosialisasi kita bisa diterima dan bisa diterapkan oleh mereka.
Kedua, saya terapkan sendiri. Kenapa saya terapkan sendiri? Karena 'rakyat' akan mengikuti jalan kemana pemimpinnya 'berjalan'. Jadi kalau saya melakukan hal yang benar, menghimbau rakyatnya melakukan hal yang sama, rakyat tidak akan menolak karena mereka punya contohnya. Kalau saya hanya menghimbau tetapi saya tidak melakukannya, rakyat akan menolak dan memberontak.
Dua cara itu memang cara yang sudah umum dilakukan, tapi insya Allah, jika ada kemauan dan restu dari Allah, 2 hal yang saya ingin lakukan jika menjadi Gubernur Bank Indonesia akan terwujud.
Jika saya menjadi Gubernur Bank Indonesia, saya ingin menjadi seorang pemimpin yang cerdas dalam mengambil keputusan, disiplin & beretika dalam berprilaku, bertanggung jawab dalam menjalankan sesuatu dan berakhlak mulia supaya bisa menjadi pemimpin Bank Indonesia yang baik! :3
Well, honestly, saya masih kelas 2 SMP dan belum menentukan kemana arah kehidupan saya kelak. Tapi menjadi Gubernur Bank Indonesia adalah salah satu opsi saya untuk masa depan. Doakan ya!
Woh. It's my dream. I'll try to make it come true. Don't ever judge someone from their dream! 'Cause who knows you'll be what in the future? :p
Notes:
Artikel ini di ikut sertakan dalam Lomba Artikel Blog "Jika Aku Menjadi Gubernur Bank Indonesia" oleh Perpustakaan Bank Indonesia Cirebon.
Source gambar:
google.com
No comments:
Post a Comment